28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL: Firman Tuhan, Firman Tuhan Minggu Pra Paskah IV

Translate

Kamis, 03 April 2014

Firman Tuhan, Firman Tuhan Minggu Pra Paskah IV

Mata Hati Yang Melihat Terang
( I Samuel 16:1-13; Mazmur 23; Efesus 5:8-14; Yohanes 9:1-41)

Peristiwa ini terjadi sekitar 20 tahun silam di depot pengisisan bahan bakar minyak. Seperti biasa, pagi itu mobil-mobil tangki pengangkut bahan bakar minyak antri untuk diisi.Kehebohan terjadi di antrian premium. Gesekan logam mmemrcikan api, lalu api itu menyambar tangki yang sedang diisi premium. Melihat bahaya yang mengancam, yang dapat membakar seluruh depot minyak itu, seorang kenek mobil tangki yang sedang diisi tangkinya berlari mengambil karung basah. Bersama dengan karung basah dan tubuhnya itu, ia mendekap sumber api. Sang kenek berjuang mempertaruhkan nyawanya membungkam dan mematikan api. Syukurlah api itu padam ! namun ada api lain yang mulai menyala. Api itu ada dalam diri kepala depot minyak itu.

Kepala depot marah. Ia Memanggil sang kenek yg berhasil memadamkan api itu. “mengapa kamu melakukan itu ? Itu bukan tanggung jawabmu !” Bentak sang kepala depot. “Dengan kamu melakukan itu berarti kamu sudah melanggar peraturan disini !”. Si kenek menjawab, “ tapi, bukankah sekarang apinya sudah padam dan kita terhindar dari bahaya yang lebih besar .” Sang kepala depot merasa tidak dihargai, lalu membentak lagi, “ Saya tidak mau tahu, kamu harus diberi sangsi, kamu harus dihukum karena yang bertugas memadamkan api bukan orang seperti kamu tetapi petugas pemadam kebakaran dan prosedurnya sudah baku ditetapkan.
Mendengar cerita ini saya jadi teringat dengan kisah Yesus yang menyembuhkan seorang buta sejak lahir. Tentu orang buta itu sangat gembira dan bersyukur. Selama ini gambaran dunia dan keindahannya hanya bisa ia reka-reka dibenaknya, kini matanya terbuka. Ia bisa melihat ! Sibuta ini melihat banyak disekelilingnya yang melihat justru menjadi buta mata hatinya. Mengapa ? seharusnya mereka turut gembira karena ada orang yang sudah bertahun-tahun hidup dalam kegelapan kini bisa melihat. Namun, tampaknya para pemuka agama ini keberatan. Mereka keberatan karena proses penyembuhan itu tidak sesuai dengan aturan (Protap/posedur tetap) yang berlaku. Mereka keberatan karena hari penyembuhannya terjadi pada hari Sabat. Sehingga mereka mencari-cari celah untuk menyalahkan Yesus maupun orang yang disembuhkan itu.
Mereka membawa orang buta yang sudah sembuh itu kehadapan orang-orang Farisi. Orang –orang Farisi itu menginterogasi si buta yang sudah sembuh. Mereka di perhadapkan pada dilemma. Jika mereka mengakui bahwa Yesus menyembuhkan orang buta itu, maka menurut aturan Sabat sulit untuk diterima kalau si Penyembuh itu berasal dari Allah. Mengapa ? Karena menurut ajaran yang mereka pegangi mati-mati-an, seorang tidak boleh melakukan pekerjaan pada hari Sabat termasuk didalamnya menolong orang, karena hal itu dapat mencemarkan kekudusan Sabat. Selain itu orang –orang Farisi telah lama mencari celah untuk mendakwa Yesus agar bisa dienyahkan. Di lain pihak jika mereka tidak mengakui penyembuhan itu, buktinya sudah ada di depan mata. Fakta yang tidak terelakkan lagi !. Sebab pemahaman mereka waktu itu tidak mungkin seorang yang buta sejak lahir dapat disembuhkan kecuali oleh orang yang berasal dari Allah sendiri.
Bagimana upaya orang-orang Farisi selanjutnya ? mereka memanggil orang tua si buta itu, menanyakan tentang peristiwa yang menimpa anaknya. Tampaknya orang tuanya pun takut mengambil resiko. Ia mempersilahkan untuk bertanya sendiri kepada si anak karena anaknya sudah dewasa. Orang-orang Farisi itu terus mencecar si buta yang telah pulih ini dengan pertanyaan dogmatis ; Katakanlah kebenaran dihadapan Allah; kami tahu, bahwa orang itu orang berdosa. “ Sibuta yang telah pulih itu menjawab. “ Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta dan sekarang dapat melihat,” (Yohanes 9:;24-25).
Singkat kata mereka terus memojokkan sertamerendahkannya. Mereka mengusir si buta yang telah melek ini karena dianggap telah menodai agama mereka. Korban peraturan penodaan agama ini kini tidak ada tempat di kampung Yahudi itu. Yesus mendengar peristiwa itu. Yesus bertemu dengannya dan membuka dialog. Dialog itu membuka wawasan si buta yang telah pulih itu, bahwa yang berhadapan dengannya adalah Mesias. Dulu ia dicelikan dari kebutaan fisik sejak lahir, kini sekali lagi ia mengalami pemulihan batin. Mata hatinya dicelikkan untuk melihat, bahwa Yesus adalah Mesias. Orang itu berkata, “ Aku percaya, Tuhan !” Lalu ia sujud menyembah-Nya.
Kata Yesus, Aku datang kedalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” (Yohanes 9:38,39).
Mantan penderita buta ini melihat . Ia dibebaskan dari fisik sekaligus mata hatinya melihat karya kasih Allah. Namun, para pemuka agama yang selama ini dapat melihat dengan mata matanya, dapat melihat dengan akal budinya, ilmu dan kedudukannya merupakan kebanggaan mereka untuk melihat dan menghakimi orang lain menurut hukum yang yang dianutnya sehingga mereka merasa benar sendiri. Mereka akhirnya dibutakan oleh kebanggannya itu.
Tidak salah mengejar kepandaian dan ilmu termasuk di bidang agama. Tetapi biasnya jika tidak diimbangi dengan kerendahan hati, ilmu dan pengetahuan serta kedudukan dapat membuat seorang lupa diri. Arogan ! Disinilah awal mula dari manusia menutup pintu hatinya. Membutakan dirinya sehingga tidak mampu menghargai orang lain dan kebenaran yang ada pada orang lain itu. Berapa banyak korban berjatuhan, khususnya di Indonesia akibat pemahaman agama yang sempit ? Beberapa kasus dapat kita sebutkan. Atas nama agama : atas nama Tuhan boleh menganiaya, merampas, membakar bahkan membunuh. Ini kan persis seperti pemuka agama pada zaman Yesus. Demi menegakkan hukum sabat mereka mengusir manatan orang buta, demi menjaga kesucian ajarannya mereka cara untuk membunuh Yesus. Orang-orang seperti inilah yang Yesus sebut hatinya telah dibutakan. Sebaliknya orang yang telah dicelikkan mata hatinya akan selalu menjaga, memelihara kehidupan. Dia akan meneruskan cinta kasih Allah kepada semua orang termasuk terhadap orang yang membencinya.(RLH)

BG tgl 30 Maret 2014, Nomor : 13-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar