Hamba,
bukan sebatas nama
Hamba
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat diartikan budak atau orang yang dalam
kehidupannya selalu bergantung kepada kemauan atau kehendak tuannya, kedudukannya
serta martabatnya sangat rendah sehingga terkadang ia tidak mempunyai hak atas
dirinya sendiri, hanya untuk kesenangan tuannya.
Hari
minggu ini kita masuk dalam Minggu
Palmarum, merupakan pembuka dari Pekan Suci yaitu 5 (lima) hari sebelum Hari raya Jumat Agung.
Lima hari sebelum Jumat Agung, kedatangan Yesus di kota Jerusalem begitu di elu-elukan. Orang banyak yang
sangat besar jumlahnya menghamparkan
pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon dan
menyebarkannya di jalan dan mereka berseru : “ Hosana bagi Anak Daud,
diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana ditempat yang maha tinggi
!” (Matius 21 : 8-9). Mereka berharap Yesus dapat diangkat menjadi Raja Israel
untuk membebaskan dari penjajahan Romawi. Namun manakala harapan mereka tidak
menjadi kenyataan karena perbedaan pemahaman tentang peran Tuhan Yesus sebagai
Raja yang dijanjikan dengan peran ke hambaan yang Ia Jalani, penduduk yang
sama, lima hari kemudian kembali berseru “ Salibkan Dia !“
Kita
dapat lihat bagaimana pujian yang dikumandangan penduduk Jerusalem tidak
menggoyahkan pendirianNya, Tuhan Yesus menjadi hamba bagi umat manusia meskipun
Dia mempunyai kekuasaan dan kemuliaan, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan ,
bagaimana Dia telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang
hamba dan menjadi sama dengan manusia dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib (Filipi 2:6-8). Kita adalah budak kegelapan, namun Tuhan Yesus telah
membayar kita dengan darah dan tubuhnya agar kita mau menjadi hambaNya.
Kita
patut bersyukur bahwa Tuhan Yesus mau menjadi hamba untuk menebus dosa-dosa kita,
Yesus Kristus adalah Raja yang membawa damai sejahtera dan keberadanNya
merupakan kemulian bagi Bapa ditempat yang maha tinggi.
Menjadi
hamba Kristus tidak terbatas hanya didalam Gereja saja namun juga didalam
kehidupan sehari-hari kita. Menjadi hamba Kristus harus dilakukan menurut pola
serta teladan yang sudah Tuhan Yesus berikan. Ini berarti bahwa kita harus
segera meninggalkan segala bentuk kesombongan diri, merasa berkuasa dan merasa
paling segalanya. Kita jangan angkuh dan hanya mencari kepentingan diri
sendiri, kita harus bisa merendahkan hati, saling melayani satu dengan yang
lain dengan penuh kasih.
Rendah
hati adalah gaya hidup orang Kristen seperti Tuhan Yesus yang rela mengosongkan
diriNya menjadi manusia dan mengambil rupa sebagai hamba. Orang yang rendah
hati dan menjadi hamba bagi sesamanya akan merasakan berkat Tuhan dan membagi
berkat untuk sesamanya meskipun pekerjaan itu tidak mudah . “ Tetapi Tuhan
Allah menolong aku, sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan
hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan
mendapat malu” (Yesaya 50:7)
Dengan
merasakan berkatNya, senantiasa bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik !
Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya (Mazmur 118:1).
Selamat
berbagi, Gusti mberkahi. (LPS)
BG tgl 13 April 2014 Minggu ke15 -2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar