28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL: Firman Tuhan, Renungan, MingguPaskah II, 27 April 2014

Translate

Senin, 28 April 2014

Firman Tuhan, Renungan, MingguPaskah II, 27 April 2014


Berani Menjadi Saksi”
Kis. 2:14a,22-32; Maz. 16; I Pet. 1:3-9; Yoh. 20:19-31



Bangsa kita baru saja melangsungkan perhelatan Pemilu Legislatif. Dalam Pemilihan Umum tersebut ada saksi dari parpol atau caleg yang ikut mengawasi jalannya pemilu. Dalam aturan perundang-undangannya, para saksi tersebut mendapat mandat dari partai politik atau calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Seorang saksi harus datang sebelum acara dimulai, hadir di sepanjang acara pemilihan tersebut, dan baru pulang setelah  penghitungan selesai. Sementara, dalam peradilan, seorang saksi harus mengatakan kebenaran dibawah sumpah, dan kalau ternyata dia tidak mengatakan kebenaran sesuai yang disaksikannya, ia dapat dituntut. Tidak mudah dan tidak ringan beban seorang yang menjadi saksi.
Tentu menjadi Saksi Kristus jauh lebih berat dan bermakna dibanding saksi pemilu maupun saksi di pengadilan. Tema kita minggu ini adalah “Berani Menjadi Saksi”. Di bawah terang bacaan-bacaan kita Minggu ini, kita diajak untuk mempergumulkan panggilan kesaksian iman kita di tengah dunia ini. Untuk menjadi saksi iman, kita mesti memiliki tiga kesadaran. Pertama, untuk menjadi saksi iman, bukanlah hal yang mudah dan ringan. Bukan tanpa alasan I Petrus 1:6 menegaskan “... sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan”. Tantangan kesaksian iman bukan monopoli jaman ini saja. Sejak kekristenan mula-mula, beratnya cobaan di tengah tantangan iman Kristen telah muncul secara masif, seperti kesaksian Ibrani 11:37 “Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan”.
Tentu kita juga sadar, kedua, segala bentuk kesaksian kita adalah sebuah kebenaran yang kita yakini benar-benar. Ungkapan murid  “Kami telah melihat Tuhan” (Yoh.20:25), rupanya bukan sekedar melihat dengan mata, namun lebih pada “menyadari kehadiran, kemudian mempercayai penginderaannya itu”. Itulah sebabnya, Tomas yang semula tidak percaya, setelah inderanya menangkap bukti diri Yesus yang bangkit segera berseru “Ya Tuhanku dan Allahku”. Terlebih, kita sadar – yang ketiga, bahwa segala kesaksian iman kita yang mewujud dalam hidup keseharian, pada saatnya akan dimintai pertanggungjawaban Allah sendiri, yang memberi mandat atas tugas kesaksian kita tersebut.
Ketiga kesadaran itulah yang ditegaskan dalam I Pet. 1:17 “....maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu”. Maka, yang menjadi pertanyaannya adalah, “Hal apa yang bisa membuat kita memiliki kemampuan untuk mewujudkan panggilan kesaksian itu?” Kalau kita mengandalkan kemampuan kita dalam tugas kesaksian di tengah dunia ini, bisa dipastikan tidak akan berhasil. “Dunia tidak layak untuk kita...”, itu yang ditegaskan penulis surat Ibrani (11:38). Dan hal dasar yang mesti kita miliki adalah bahwa “Kesaksian kita adalah Kesaksian akan Kerajaan Allah, tentang Allah, bukan tentang kita”, maka kuasa sepenuhnya ada pada Dia, yang berkenan melindungi kesaksian kita dengan kuasa Roh-Nya (Yoh. 20:22), sehingga seperti pemazmur, di tengah tantangan kesaksian hidup kita, kita bisa mengungkapkan iman demikian :
Aku senantiasa memandang kepada TUHAN;
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. 
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.
(Mazmur 16:8-11)
Selamat menjadi Saksi Kristus ! Tuhan memberkati.

~ fir ~

BG : tgl 27 April 2014,

                                                                           Minggu ke-17-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar