Bahan Sosialisasi Masa Paskah GKJ Bandung 2014
Minggu-Minggu Pra-
Paskah
Masa Pra-Paskah adalah persiapan
untuk Paskah dimana Pejabat Gereja Dan Anggota jemaat melakukan pertobatan
pribadi. Pra-Paskah merupakan kesempatan spiritual umat dan lembaga gereja
untuk lebih mengenal kasih Allah didalam Kristus melalui pertobatan yang
sungguh. Meski merupakan masa pertobatan, bukan berarti bahwa masa ini hanya
diisi dengan sukacita dan pergumulan berat melainkan juga dengan sukacita dan
pengharapan sebab disinlah gereja mempunyai waktu dan kesempatan untuk lebih
menghayati makna penderitaan dan salib Kristus. Melalui masa Pra-Paskah ini
umat diarahkan untuk lebih menghayati inti imannya yang berpusat pada kematian
dan kebangkitan Kristus.
Masa Persiapan untuk Paskah
iniadalh sepanjang 40 (empat puluh) hari menjelang Paskah. Masa ini telah
ditetapkan sejak awal abad ke-4 di Roma, jauh sebelum skisma / perpecahan yang mengakibatkan munculnya Katholik Roma dan
Protestan. Konsili Nicea IV menamakannya quadragesima
paschae (empat puluh hari sebelum Paskah)ⁱ . Istilah Quadragesima digunakan dalam beberapa
bentuk pada masa Pra-Paskah ini. Masa ini diisi dengan berpantang dan berpuasa
untuk mempersiapkan Paskah. Angka 40 (empat puluh) diambil dari beberapa kisah
Alkitab, yang dipahami sebagai perlambang masa persiapan dan pengujian.
- Rabu Abu sampai dengan menjelang Minggu Palem
- Pekan Suci , yaitu Minggu Palem sampai dengan menjelang Minggu Paskah (Sabtu Sunyi). Di dalam Pekan Suci ini terdapat Tri hari Paskah yang terdiri dari : Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Sunyi.
Masa Pra-Paskah dimulai pada hari
Rabu , yang disebut sebagi hari Rabu Abu. Cara menghitung masa Pra-Paskah
adalah dengan mundur sebanyak 40 (empat puluh) hari dimulai pada hari Paskah,
kecuali hari Mingguⁱⁱ. Dari perhitungan ini, jumlah hari Minggu Pra-Paskah
adlah 6 (enam) hari Minggu, dengan Masa Pra-Paskah yang pertama (caputquadragesima). Jatuh pada Minggu
I setelah Rabu Abu.
Rabu Abu adalah hari pertama
pembuka masa Pra-Paskah, yaitu masa pertobatan, perkabungan, pendekatan diri
kepada Tuahn dan berpuasa. Disebut hari Rabu Abu karena menurut tradisi hari
ini dilakukan pengolesan abu ditengah dai sebagai symbol ungkapan pertobatan
dan tanda penyesalan akan dosa-dosa. Pengolesan abu ini dilakukan didalam
Ibadah, baik ibadah pribadi maupun komunal (bersama). Di dalam Ibadah ,
pengolesan abu dilakukan setelah liturgi pemberitaan firman. Abu diperoleh dari
daun palem yang dikeringkan kemudian dibakar. Dalam ibadah Rabu Abu ini
diikrarkan komitmen pribadi (ataupun bersama) untuk berpuasa atau berpantang
masa Pra-Paskah.
Selamat Menghayati Masa Paskah
Tuhan Memberkati
Panitia
------------------------------------------------------------------------------
i. Rahman,
Raashid, “Hari Raya Liturgi”, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003, P.56
ii. Hari Minggu selama ini dipahami sebagai “Paskah
Kecil” , dengan demikian juga dimaknai sebagai hari kebangkitan Kristus. Oleh
Karena itu, hari Minggu tidak termasuk dalam hitungan 40 (empat puluh) hari
persiapan, pada hari MInggu tidak menjadi hari berpuasa/berpantang.
BG Tgl 09-Maret-2014 No:10-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar