28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL: Firman Tuhan, Tgl 19 Oktober 2014

Translate

Selasa, 21 Oktober 2014

Firman Tuhan, Tgl 19 Oktober 2014

“Berhati-hati dalam berkata-kata”
Matius  22 : 15-22 ; Bacaan: Keluaran 33 : 12-23 ; Mazmur 99 ; I Tesalonika 1 : 1-10.


     Kata berhati-hati adalah suatu peringatan yang sering kita temui di sekeliling kita, yang maksudnya adalah jika kita tidak melakukan kehati-hatian atas apa yang tertulis pada peringatan tersebut kita akan mengalami masalah atau musibah seperti apa yang tertulis di dalam peringatan itu. Seperti contoh : perjalanan  melewati tebing yang curam, ada peringatan “Hati-hati jalan longsor” artinya jika kita tidak hati-hati dalam mengendarai kendaraan, maka bisa-bisa  kendaraan kita masuk jurang karena jalan yang kita lalui longsor.
                 Bagaimana dengan berkata-kata, apakah diperlukan peringatan “hati-hati”, seperti contoh tadi? Benar sekali perlu adanya peringatan hati-hati supaya kita tidak mengalami musibah atau hal-hal yang negatif karena ketidak hati-hatian dalam berkata-kata. Orang berkata-kata adalah manifestasi dari apa yang dipikirkan atau dirasakan. Kata-kata positif dan diucapkan secara positif, akan menghasilkan reaksi yang positif dari orang lain, maupun menjadikan hal yang positif pula bagi kita. Sebaliknya kata-kata yang positif, tetapi diucapkan secara serampangan dapat menimbulkan reaksi yang negatif dari orang lain, misalnya kata-kata yang seolah-olah bersifat positif tetapi ada motivasi dan maksud yang negatif dalam mengucapkan kata-kata tersebut, seperti kata-kata sindiran, atau kata-kata pujian tetapi diucapkan dengan maksud dan tujuan lain, misalkan untuk menjatuhkan atau menjebak. Kata-kata yang negatif yang diucapkan, pada umumnya akan menghasilkan reaksi yang negatif dari orang lain dan kita dapat menerima hal yang negatif.
                 Yakobus 3 : 6 ; mengingatkan kita dalam menggunakan lidah, sebagai berikut : “Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat diantara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka”
                 Dari Keluaran 33 : 12-23  Musa meminta penyertaan Tuhan, kata-kata yang disampaikan Musa adalah kata-kata yang bersifat positif yaitu mohon penyertaan Tuhan dan pengakuan atas kekuasaan Tuhan. Demikian juga Mazmur 99, adalah pujian Raja Daud yang menyatakan kebesaran dan keagungan Tuhan merupakan kata-kata yang bersifat positif. I Tesalonika 1 : 1-10 adalah pujian Paulus atas jemaat Tesalonika, yaitu tentang iman jemaat Tesalonika yang dapat menjadi teladan di wilayah Makedonia dan Akhaya. Kata-kata Rasul Paulus bersifat positif dan membangun iman jemaat Tesalonika.
                 Injil Matius 22 : 15-22 adalah percakapan Tuhan Yesus dengan murid orang Parisi mengenai membayar pajak pada Kaisar. Pertanyaan murid-murid orang Parisi itu selintas merupakan pertanyaan biasa dan sifatnya positif, seolah-olah ketidak tahuan murid-murid orang Parisi. Padahal hal yang sebenarnya pertanyaan yang diajukan itu adalah pertanyaan jebakan dari orang Parisi yang dilemparkan kepada Tuhan Yesus melalui murid mereka. Dengan maksud, jika Tuhan Yesus salah menjawab maka ada alasan bagi orang Parisi itu untuk menangkap Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan Yesus mengetahui kejahatan orang Parisi dan berkata kepada orang Parisi : Mengapa engkau mencobai Aku, hai orang munafik? (ayat 18). Dan dari bacaan selanjutnya kita ketahui bahwa Tuhan Yesus menjawab dengan pertanyaan yang membuat orang Parisi merasa heran dan malu, kemudian pergi dengan diam-diam.
Marilah kita selalu berhati-hati dalam berkata-kata, dan kata yang kita ucapkan hendaklah selalu yang bersifat positif seperti yang tertulis dalam Filipi 4 : 8 dan selalu mengingat bahwa setiap kata yang kita ucapkan harus dapat kita pertanggung jawabkan pada hari penghakiman (Matius 12 : 36). (pr)


BG NO 42-2014 Tgl 19 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar