28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL: Firman Tuhan, HUT Ke-64 PGI, Minggu 25 Mei 2014

Translate

Minggu, 25 Mei 2014

Firman Tuhan, HUT Ke-64 PGI, Minggu 25 Mei 2014

Menghadirkan Shalom Allah Di Tengah Proses Demokrasi  Bangsa
(1 Petrus 3:8-12)

Tema Oikoumene 2014 kali ini dilatarbelakangi dan diinspirasikan oleh dinamika tahun politik Indonesia. Seperti telah kita ketahui bersama, tahun 2014 merupakan tahun perhelatan pesta demokrasi bangsa, dimana Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden digelar. Rakyat Indonesia kembali berada dalam suatu titik sentral untuk menentukan nasib bangsa melalui peran sertanya dalam menentukan arah dan tujuan kepemimpinan bangsa ke depan. Pemilu Legislatif sudah digelar dengan hasil yang sudah kita lihat bersama. Perjuangan demokrasi ini masih panjang, karena beberapa bulan kedepan pemilihan untuk Presiden dan Wakil Presiden akan digelar. Dalam segala konstelasi yang ada, maka etika demokrasi bangsa diuji.
Sebagai bagian dari komponen bangsa Indonesia, itu berarti, sikap dan etika gereja-gereja dalam proses demokrasi juga diuji. “Menghadirkan Shalom Allah di Tengah Proses Demokrasi Bangsa” dijiwai oleh Firman Tuhan dari 1 Petrus 3:8-12 yang memberitakan tentang kasih dan damai. Ketika umat dari gereja Tuhan diperhadapkan kepada keberagaman perspektif dan pilihan dalam kaitan dengan pesta demokrasi, maka bisa jadi, gereja berada dalam kaitan dengan pesta demokrasi, maka bisa jadi, gereja berada dalam “titik rawan” perbedaan kepentingan. Dalam pada itu, bisa jadi warga gereja pun banyak juga yang bukan saja menjadi pemilih, tetapi juga menjadi anggota legislatif yang memiliki beban untuk menyukseskan pilihan-pilihan politis dari partai politik yang diusungnya. Dalam situasi ini friksi-friksi dapat saja terjadi bahkan dalam tubuh gereja sendiri. Maka, pesan Rasul Petrus hari ini sangat tegas “ hendaklah kamu…  mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati…   janganlah membalas…  caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil… “ (ay. 8-9). Nasihat ini sejalan dengan pemberitaan Rasul Paulus dalam Roma 12:17-18 yang menekankan pentingnya melakukan dan mengupayakan kebaikan bagi semua orang. Bahkan Petrus juga kembali menegaskan dalam ayat 11, bagaimana umat dalam situasi dan kondisi apapun harus konsisten menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik. Tidak cukup sampai disitu saja. Umat pun diminta untuk mencari perdamaian dalam setiap situasi mereka dan bahkan berusaha mendapatkannya. Dalam salah satu tafsirannya terhadap nats ini Yohanes Calvin memberi penekanan sedemikian sehingga dalam hal melakukan yang baik dan mencari perdamaian, maka tidak cukup untuk “memeluk” hal itu pada waktu kebaikan itu ditawarkan kepada kita, tetapi harus “dikejar” pada waktu kebaikan itu lari dari kita atau jauh dari realitas kita. Artinya, menghadirkan Shalom Allah ditengah-tengah realitas bangsa Indonesia, bukan lagi menjadi sebuah keniscayaan, tetapi sudah menjadi panggilan dan tanggung jawab yang hakiki dalam kehidupan gereja Tuhan. Pertanyaan bagi kita semua adalah apakah bangsa Indonesia sudah cukup dewasa dalam menjalankan praktik demokrasi dalam berbagai aspeknya. Apalagi pesta demokrasi ini digelar dalam situasi bangsa yang masih dalam pergulatan untuk penegakan keadilan, kejujuran, pemberantasan korupsi dan masalah-masalah social lainnya, dimana Indonesia masih berputar dalam labirin perlunya penegakkan hukum yang konsisten disegala bidang. Pesan Rasul Petrus nampaknya bias menjadi jangkar iman dan sikap orang-orang percaya saat dipanggil dan diutus untuk  menghadirkan Shalom Allah ditengah Proses Demokrasi bangsa Indonesia. (FET)

BG tgl 25 Mei 2014 Minggu ke-21-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar