28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL: 2014

Translate

Senin, 08 Desember 2014

Firman Tuhan 7 Desember 2014

“Bersiap Menyambut Kedatangan Mesias”
Yesaya 40:1-11; Mazmur 85:1-2,8-13; II Petrus 3:8-15a; Markus 1:1-8

Kitab Markus adalah Injil, Kabar Baik untuk pada masa nyata tetapi juga pada masa kini. Markus memulainya dengan berita subversif – bahwa kelahiran Yesus adalah suatu Kabar Baik, yang akan diulangi dan diperkuatnya pada bagian-bagian selanjutnya.

Pada masanya, kelahiran Yesus berada pada rentang dasa warsa yang sama dengan kelahiran Kaisar Agustus yang dipuja sebagai Dewa. Menjadi jamak dan wajar, kelahiran Kaisar Agustus disebutkan menjadi sinyal Kabar Baik untuk seluruh dunia. Kekaisaran Roma akan mempunyai penerus, kekaisaran yang memberi ketenteraman, membawa kedamaian dan memajukan kemakmuran. Bagi Markus, kehadiran dan karya Yesuslah yang menjadi tanda Kabar Baik, permulaan kehadiran Kerajaan Allah. Bukan kekaisaran Roma, yang nampak dan nyata dalam keseharian masyarakat, tetapi kerajaan Allah yang benihnya dimulai dengan kelahiran Yesus. Berita ini sungguh berbahaya untuk status kemapanan, karena bertentangan dengan status quo, menjungkir-balikan keyakinan keseharian.

Berita Markus lebih berbahaya lagi karena didasarkan pada wibawa kitab Yesaya (Yes 40:1-11). Bahwa Yesus adalah Kristus, Sang Mesias. Ia akan melebihi seorang Kaisar Roma, karenanya datang kemudian setelah seorang utusan mendahului untuk mempersiapkan jalan bagiNya. Ia akan menjadi kuat dan berkuasa. “Ia datang dengan kekuatan dan dengan tanganNya Ia berkuasa” (ayat 10).

Pada masa kini, berita kelahiran Yesus sekali lagi menantang kita, tidak kalah subversifnya dengan pada masanya. Masihkan Yesus menjadi Kristus, yang artinya berkuasa dalam hidup kita? Masihkah kita merasakan kuat dan kuasa tanganNya? Masihkah berita kelahiranNya sebagai Kabar Baik? Berita Natal jangan-jangan tidak membawa dampak apapun dalam hidup. Berita yang menggugat kemapanan pada zamannya tenggelam dalam kemapanan, status quo dan kedamaian hidup keseharian. Sambutan terhadap berita Natal adalah persiapan kebaktian dan rangkaian perayaan yang sudah menjadi rutin, sehingga rapat-rapat pun menjadi membosankan dan tidak diperlukan lagi. Sambutan terhadap berita Natal adalah persiapan kemeriahan dengan hiasan pernak-pernik dan makanan khusus, yang dimulai dari mall perbelanjaan sampai ke rumah-rumah. Apakah semua kesibukan diatas sudah menggantikan kebahagiaan Kabar Baik?

Masa Adven sejatinya adalah masa persiapan. Yesus yang segera diperingati kelahiranNya akan datang kembali. Kita masih diberi kesempatan untuk hidup supaya ditemukan tak bercacat dan tak bernoda dihadapanNya, sehingga beroleh keselamatan (II Petrus 3:14-15). Hidup dengan cara menyandarkan diri pada tangan kuat dan kuasaNya. Bukan mengandalkan kemapanan, yang nampak memberi damai, tetapi membarui rutinitas hidup yang sudah beku. Ini tentu bukan persiapan yang mudah, karena persiapan ini bisa membongkar kebiasaan lama yang telah berkerak menjadi gaya hidup. Markus menulis persiapan dilakukan oleh seorang utusan untuk “meluruskan jalan”, termasuk “menimbun lembah, gunung dan bukit diratakan, dan meluruskan jalan berliku dan berkelok” (Luk 3:5). Bukan seruan membangun jalan setapak antar kampung tapi jalan tol antar kota. Hal ini bagaikan jalan tol cipularang yang membelah pegunungan dengan jembatan panjang yang melintasi lembah. Apakah Anda melewati masa Adven rutin biasa saja tanpa kebaruan keyakinan dan gaya hidup, seperti sedang membangun jalan setapak yang minim tantangan? Jika ya, Anda harus merenungkan ulang kabar subversif tulisan Markus, yang menjungkirkan kemapanan makna Kabar Baik. (hus)

BG Minggu ke : 49-2014


Senin, 01 Desember 2014

Kebaktian Minggu Advent I

 Pelayan Firman Bp. Pdt Fredrik Elias Talakua

“ Menanti Dengan Tidak Menjadi Lengah “
Yesaya 64:1-9; Mazmur 80:1-7,17-19; I Korintus 1:3-9; Markus 13:24-37


Prosesi


Diiringi paduan  suara



 Pelayan Firman Bp. Pdt Fredrik Elias Talakua


Persembahan anak-anak Sekolah Minggu

Sabtu, 29 November 2014

Firman Tuhan , 30 November 2014

Menanti Dengan Tidak Menjadi Lengah
Yesaya 64:1-9; Mazmur 80:1-7,17-19; I Korintus 1:3-9; Markus 13:24-37

Injil Markus 13: 23 – 37  menuntun kita untuk menghayati suatu masa yang pasti datang. Ada yang bersuka cita tetapi ada yang ketakutan, ada yang sungguh sungguh menantikan tetapi ada yang kalau mampu masa itu dicegah jangan sampai pernah  datang. Sayangnya kedatangan masa itu sudah pasti! Hanya kapan nya  tidak bergantung pada manusia, melainkan kedatangannya hanya Allah Bapa di sorga yang tahu; begitu kata TUHAN YESUS. Seharusnyalah pernyataan TUHAN YESUS itu merupakan berita suka cita bagi orang-orang percaya para murid TUHAN YESUS. Betapa tidak! Tuhan Allah lewat Lukas dengan sangat tegas memerintahkan kita untuk bersuka cita disebabkan satu hal yaitu nama kita terdaftar di sorga. Bahkan lewat nabi Yesaya suka cita akan semakin besar karena Allah sendiri yang akan menyongsong kita, namun harus diingat bila kita kedapatan benar dan selalu mengingat jalan yang ditunjukkan-Nya.
Padahal siapakah kita sebenarnya? Orang yang sangat tidak layak untuk menghadap Tuhan Allah karena besarnya pemberontakan kita, kesalahan, lebih lagi dosa dosa kita. Namun kasih TUHAN sungguh luar biasa tidak terselami oleh manusia, otak manusia tidak akan mampu memikirkannya. Dari kita hanya diminta percaya, percaya saja. Rasul Paulus memproklamirkan pernyataan TUHAN yang sungguh luar biasa yaitu Dia yang menyelamatkan kita Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (1Kor 1: 8). Halleluya Halleluya Halleluya.
Seandainya Firman Tuhan berhenti sampai di sini, betapa enaknya jadi orang percaya, percaya saja titik. Namun lewat perumpamaan lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh TUHAN YESUS mengajar kita untuk selalu waspada. Artinya tidak boleh lengah. Kita sebagai hamba yang menantikan kepulangan tuan kita dan tidak akan pernah tahu kapan tuan kita akan datang, mau tidak mau kita harus selalu siap sewaktu waktu harus membukakan pintu ketika tuan kita datang. Dengan demikian kita dapat menjawab terhadap orang orang yang sinis “jadi orang Kristen gampang ya, hanya percaya, kaya gak ada usaha sama sekali, kok murah betul ya” dengan jawaban “ ya memang murah tetapi  b u k a n   b a r a n g  m u r a h a n.”   TUHAN tidak saja menuntut kita untuk beriman, tetapi lebih dari itu kita dituntut hidup selalu dari dan dengan iman.
Hari Minggu ini adalah awal tahun gerejawi, sekaligus Minggu Adven yang pertama. Setiap tahun kita melewati, seperti halnya kita melawati Adven pertama sampai ke empat, Perayaan dan Kebaktian Natal. Karena setiap tahun dan berulang ulang selama puluhan tahun maka muncul dampak negatif yaitu rutinisme. Sebuah hal yang sudah menjadi biasa sehingga bisa menjadi kurang bermakna. Namun untuk kali ini hal yang biasa itu mari kita ubah jadi luar biasa. Dengan cara apa dan bagaimana? Dengan memunculkan tekad bahwa awal tahun gerejawi kali ini menjadi awal kebangkitan iman kita sehingga kita selalu hidup dari dan dengan iman. Kita menantikan setiap tahun Perayaan dan Kebaktian Natal, tetapi ada yang kita nantikan hanya sekali saja yaitu kedatangan TUHAN kita yang ke dua kali. Siapkah kita menantikannya dengan tidak menjadi lengah?  Karena pada waktu kedatangan-Nya yang ke dua kali, “Dan pada waktu itupun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang orang pilihan-Nya dari empat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit” semoga kita termasuk orang orang yang dipilih, sehingga ketika nama kita masing-masing dipanggil kita kedapatan layak terdaftar di sorga. Amin. (Pra)
   

 BG No: 48-2014  Tgl 30 November 2014

Pelayanan Firman Tuhan 23 November 2014

Bp Pdt .Timothy Setiawan GKI Kebonjati









Firman Tuhan , 23 November 2014

SANG RAJA BERKUASA DAN MENYELAMATKAN

Yehezkiel 34:11-16, 20-24; Mazmur 100:1-5; Efesus 1:15-23; Matius 25:31-46


Minggu ini adalah Minggu terakhir dalam masa menghadirkan dan menghayati liturgi gerejawi, dan sekaligus menandai bahwa kita secara oikoumenis dengan gereja-gereja lain akan segera memasuki Kalendar Liturgi Gerejawi yang baru dengan dimulainya Minggu Advent 1, pada Minggu depan.
Mengapa Gereja perlu merayakan hari Kristus Raja Semesta Alam? Tidak lain adalah supaya umat Tuhan tidak melupakan segi kemaharajaan Kristus yang sangat istimewa. Tunas Daud ini adalah Sang Gembala Sejati sebagaimana dijelaskan dalam Yehezkiel 34:11-16. Kemaharajaan Kristus tidak bisa dipisahkan dari segi penggembalaan-Nya terhadap kawanan domba, dan karya-Nya kepada orang-orang beriman dan sesame. Demikian pernyataan-Nya, “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.” (ay. 16). Kawanan domba itu tidak lagi diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan, tetapi dibawa ke gunung-gunung Israel dengan alur sungai penuh air dan padang rumput yang subur. Kebaikan dan kesetiaan Tuhan yang demikian ini disanjung puji dan dimuliakan dalam Mazmur 100:1-5, yang secara khusus diperuntukan bagi perarakan kurban syukur bagi Tuhan Sang Gembala yang setia.
               Perayaan Kristus Raja semesta membawa luapan syukur Gereja pada akhir tahun liturgi. Akhir tahun akhir kehidupan, bukan lagi sebagai hal yang menakutkan, tetapi merupakan hari penuh kemuliaan. Kristus hadir sebagai Raja dan umat-Nya mendapat bagian dalam Kerajaan-Nya. Sebagaimana ditekankan di dalam Efesus 1:15-23; Matius 25:31-46. Orang yang mendapat bagian itu adalah yang memiliki keutamaan seperti jemaat di Efesus menurut Rasul Paulus. Atau menurut Injil adalah mereka seseorang  yang ketika Tuhan lapar, memberi makan, ketika Tuhan haus memberi minum, ketika Tuhan menjadi orang asing, diberikan tumpangan (Matius 25:35-36). Orang-orang inilah yang layak dan mendapatkan berkat dari Bapa.
               Di sisi lain, Minggu Kristus Raja, mengingatkan dan menegaskan agar kita sebagai orang beriman harus tetap setia dan taat berpegang teguh kepada Tuhan Allah dalam segala perkara. Dan senantiasa terpanggil untuk melaksanakan perintah Kristus Sang Raja,merefleksikan dan  mengembangkan sikap iman yang diwujudkan dengan panggilan pelayanan menegakkan keadilan, menciptakan kedamaian dan menghadirkan kasih kepada mereka yang membutuhkan pertolongan dan uluran tangan serta kepedulian kemanusiaan dari kita. Inilah puncak dari perjalanan rohaniah kita secara liturgy untuk mengiring Kristus dan hidup dalam terang kasih-Nya dengan menerapkan hokum kasih kepada sesama. Semoga melalui perenungan di hari Kristus raja Saudara semakin di-teguhkan sebagai bagian dari orang-orang yang dikasihi-Nya dan diberkati Allah Bapa. (DK)

BG No : 47-2014
Tgl 23 Nopemeber 2014


Firman Tuhan, 16 November 2014

Saling Menjaga Keselamatan
Hakim-hakim 4:1-7; Mazmur 123; I Tesalonika 5:1-11; Matius 25:14-30

Beberapa dekade lalu (tahun 1970 s.d. 1990-an), dalam kegiatan pengamanan lingkungan kita sangat mengenal istilah populer: Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan), yang juga dikenal dengan Ronda. Siskamling/Ronda ini diterapkan pada lingkungan permukiman terkecil, yaitu dari tingkat RT/RW. Pada waktu itu Ronda menjadi tanggung jawab seluruh warga di lingkungan terutama pria dewasa. Setiap rumah tangga diwakili oleh satu/dua orang mendapat giliran jaga di malam hari sampai menjelang pagi bersama beberapa warga lainnya. Selain berjaga di pos, juga melakukan ronda berkeliling lingkungan. Cara Siskamling ini terbukti cukup efektif menjaga lingkungan kita dari kemungkinan tindak kejahatan yang biasa terjadi di malam hari, demikian pula apabila ada warga yang mendapat masalah/musibah dan membutuhkan pertolongan segera. Dan Kentongan menjadi alat khas memberi tanda kehadiran Peronda malam ini dan mencegah niat orang untuk berbuat kriminal. Jadi bisa dikatakan saudara terdekat yang lebih siap menolong adalah tetangga kita sendiri. Kita bisa saling menjaga keselamatan dan memperhatikan serta menolong. Meskipun harus kita akui bahwa kondisi seperti ini sudah jarang kita temui saat ini di lingkungan kita saat ini, lebih-lebih di daerah perkotaan.
Pada zaman dimana bangsa Israel dipimpin oleh Hakim-hakim (hakim terkenal seperti Gideon, Simson, dll), tugas menjaga bangsa ini berada di tangan para hakim. Ada yang memimpin dalam waktu lama, ada pula yang hanya beberapa tahun saja. Pada Hakim-hakim 4 muncul tokoh Hakim Debora, seorang penjaga Israel perempuan yang diurapi dan disertai Allah (Hak 4:6-9), sehingga Barak pun hanya mau maju berperang bersama Debora. Sesungguhnya Allah sendirilah yang menyelamatkan, melalui nyanyian pujian Debora dan Barak (Hakim-hakim 5), mereka mendapat hikmat dan kekuatan untuk menjaga dan memberi semangat bangsa Israel dalam berperang melawan musuh untuk mendapat kebebasan.
Hal berjaga-jaga ini juga disuratkan oleh Paulus kepada jemaat Tesalonika (I Tes 5 : 1-11) dan untuk kita juga, supaya keselamatan yang sudah kita terima dari Tuhan Yesus tidak menjadi sia-sia karena kita terlena dengan janji keselamatan tapi lupa berjaga-jaga. Imanlah yang jadi bajuzirah serta Pengharapan dan Kasih yang jadi ketopong, adalah alat pelindung rohani yang kita dalam kita berjaga-jaga dan sadar.

Untuk itu Tuhan juga memperlengkapi kita dengan karunia berupa talenta atau kemampuan yang diberikan sesuai kesanggupan kita (Mat 25: 14-30). Segala sesuatu yang kita terima perlu kita upayakan untuk kembangkan, termasuk dalam hal kita memberikan hidup kita sebagai ibadah yang sejati dan utuh untuk kita saling menjaga dan menguatkan dalam kebersamaan kita sebagai warga gereja. Menjaga keselamatan dapat dilakukan melalui pujian dan penyembahan serta doa yang sungguh seperti yang dilakukan Hakim Debora dan Barak bersama bangsa Israel. Kita juga dapat saling melawat diantara kita sebagai saudara seiman. Mari kita “berSiskamling Rohani” untuk saling menjaga dan menguatkan diantara kita sebagai warga gereja. Tuhan Yesus menyertai dan menjaga kita senantiasa. (WDj).

BG N0 : 46-2014 tgl 16 Nop 2014