GAYUNG
BERSAMBUT
Siapakah
di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba,
dan
jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan
puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia
menemukannya?
( Lukas
15: 4 )
Jemaat :
Pak Pendeta, mengapa Anda tidak berusaha menarik si A kembali ke gereja?
Pendeta :
Saya sudah berusaha semampu saya, termasuk mengajaknya diskusi tentang
permasalahan yang ia hadapi. Jika ia bersikukuh untuk pindah gereja atau bahkan
pindah keyakinan,
apakah saya akan memaksanya untuk tetap bertahan di sini?
Jemaat :
Lho…bukankah jika ada domba yang hilang, maka Anda harus mencarinya?
Pendeta : Jika domba yang saya cari malah
meronta-ronta ketika hendak saya gendong atau malah mengajak bermain petak
umpet supaya tidak ketemu saya, apa yang harus saya lakukan menurut Anda?
Perlu
kita perhatikan konteks masalah atau pengajaran yang disampaikan oleh Yesus
melalui perumpaan domba yang hilang dan dirham yang hilang. Domba atau dirham
yang hilang adalah penggambaran orang yang tersesat atau berdosa. Orang-orang
ini senantiasa dicari oleh Tuhan dan akhirnya bergabung kembali dalam keluarga
Allah. Dua hal penting yang tidak bisa dipisahkan, yang justru seringkali
dilupakan oleh banyak orang, ialah ketulusan/ketekunan dari para “pencari”
dalam menjadi alat Tuhan dan kerelaan hati orang-orang yang “tersesat” tersebut
untuk “pulang”. Apakah kita akan memaksa orang untuk pulang kepada Tuhan?
Apakah kita ketika tersesat akan mengeraskan hati terhadap panggilan Tuhan?
[yon]
UNTUK KALANGAN SENDIRI Minggu ke-37, 11 SEPTEMBER 2016
UNTUK KALANGAN SENDIRI Minggu ke-37, 11 SEPTEMBER 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar