28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL: September 2016

Translate

Minggu, 25 September 2016

Renungan Berita Gereja

I Timotius 6: 6-19; Mazmur 146; Lukas 16: 1-3

KAYA # CINTA UANG
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman
dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka
(I Tim 6: 10)

Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Demikian pula cinta, juga tidak baik ketika berlebihan. Bicara tentang mencintai berlebihan, mengapa justru menjadikan prosesnya tidak baik? Karena akan mengekang kebebasan seseorang, baik itu yang mencinta maupun yang dicinta. Selain itu, orang justru tunduk pada perasaannya tanpa adanya pengendalian sehingga fokus hidupnya hanyalah untuk cinta. Hal ini tidak hanya berlaku dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Ketika orang terlalu mencintai uang, maka fokus hidupnya tertuju pada uang, bukan pada Tuhan lagi. Bahkan, cinta yang berlebihan terhadap uang juga membuat seseorang dikuasai pekerjaan ataupun juga obsesinya untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Padahal, uang hanyalah alat yang mendukung kehidupan dan bukan tujuan utama dari kehidupan itu sendiri. Dengan kata lain, uang bisa membuat orang bertahan hidup karena memang hidup perlu uang. Namun, bukan berarti tujuan hidup untuk uang. Bukan berarti pula orang Kristen tidak boleh kaya. Kaya itu boleh, namun jangan sampai mencintai uang secara berlebihan. Uang bisa dijadikan alat demi kesejahteraan bersama, misal membantu kaum miskin, terlantar, atau juga program pembangunan jemaat dan masyarakat. [yon]

UNTUK KALANGAN SENDIRI                 Minggu ke-39, 25 SEPTEMBER  2016

Minggu, 18 September 2016

Paduan Suara Bansel

Pada kebaktian Minggu Tanggal 18 September 2016 Paduan Suara Bansel mengisi pujian.



Pembekalan PWG dan Penatalayanan

Setelah Kebaktian Minggu 18 September 2018 diselenggarakan pembekalan PWG dan Penatalayanan Oleh Majelis GKJ Bandung



Sesi I : Oleh Ibu Asriwiyanti D



Sesi II : Oleh Bp H Dwiyuda

Kebaktian Minggu 18 September 2016


Pemberkatan Anak SM


Khotbah : Sdr Nugroho Wisnu Tri Sasongko



PS Bansel


Dibalik layar

SAPA MENTARI

SAPA MENTARI ๐ŸŒ„
Minggu, 18 September 2016
Pdt Firdaus T K

๐ŸŒž NEXT GENERATION ๐ŸŒž
Bacaan Leksionari:
(Sabtu, 17 September 2016)
Yesaya 5:8-23  Markus 12:41-44

"Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi."
(Kejadian 9:1)

Film Star Trek yg dirilis tahun 1966, sebagai sebuah film seri televisi...
Masih selalu teringat akan Mr. Spock (dengan rambut poni dan kuping njepiping_nya), Kapten Kirk (dulu nyebutnya Kapten _Kirik alias "anak anjing" dlm bahasa Jawa... hehehe...), Doktor McCoy (Kami dl nyebutnya (Doktor Mรจko, alias "kotor/dekil".... ah... dhasar lidah Jawa.... hehehe....)
Mengawaki pesawat antar galaksi "USS Enterprise"....
Beberapa sequel film ini kemudian muncul baik di layar seri TV maupun layar lebar.... (dan disaingi oleh seri "Star War"...)
Sampai kemudian muncul "Star Trek: The Next Generation", tahun 1987.... sebagai sebuah requel yg mengisahkan generasi berikutnya, 100 tahun sesudah masa Kapten Kirk dan teman2nya....

Mengikuti serial Star Trek (original) sampe The Next Generation  seperti mengikuti Kisah Kejadian dalam Alkitab....
Bagaimana penciptaan manusia pertama seakan harus berakhir dan diciptakan ulang melalui Kisah Nuh dan Air Bah.
Menyimak narasi penciptaan dalam Kejadian 1:28,
("Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.") dengan Kejadian 9:1 yg menjadi nas bacaan di atas, seakan menyiratkan pergantian atau lebih tepat pembaharuan generasi disamping pembaharuan janji....
Generasi berganti.... janji Allah diperbaharui...
Ada harapan.... generasi yg mengganti ini lebih baik dari sebelunya....

Tiga hari ini sekitar 70 anak pemuda dan remaja GKJ Bandung Retreat.....
Ada tantangan yg dipaparkan....
Ada komitmen dinyatakan...sebagaimana BacaanTema yg mereka angkat dari Mazmur 145:4
"Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu."

Merekalah The Next Generation itu....
Tanpa mengecilkan arti para sesepuh yg meletakkan dasar kebersamaan di Gereja Tuhan ini, patut direnungkan... Anak2 Muda ini bukan pemilik _masa depan_.... namun merekalah pemilik masa kini

THE NEXT GENERATION WAS BORN...
Kita yg menjadi generasi sebelumnya, relakah memberi ruang seluas2nya bagi anak2 muda ini utk menata masa depan kehidupan ini, termasuk di gereja ....?
Mulai dari sekarang.... bukan nanti-nanti....

Sugeng enjang.....
Utk kita yg tua2 ini... selamat minggir...
Utk yg muda2... selamat berkiprah dan berkarya...
Gusti mberkahi.

๐Ÿ™

Renungan Berita Gereja

I Timotius 2: 1-7; Mazmur 113; Lukas 16: 1-13
BERDOALAH
Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan
(I Tim 2: 1-2).
Hidup damai dapat terjadi ketika keaadaan negara memang damai. Kedamaian itu tergantung dengan kebijaksanaan para pemimpin untuk menata keadaan negara itu. Dengan kebijaksanaan para pemimpin yang dalam masyarakat akan menurut terhadap tatanan yang dibangun dalam hidup bermasyarakat itu. Oleh karena itu yang selalu dinantikan adalah pemimpin yang tidak menjadi tirani, tetapi mengayomi seluruh warga masyarakat.
Tetapi bagaimana caranya untuk bisa menemui pemimpin yang benar-benar bijaksana? Surat Rasul Paulus kepada Timotius mengingatkan tentang doa bagi pemimpin. Pemimpin harus selalu didoakan sehingga dapat menempatkan hidupnya dalam kehendak Tuhan Allah. Di dalam doa sertakan permohonan semoga Tuhan berkenan menggerakkan hati para pemimpin pada kebaikan Tuhan Allah. Di sisi yang berbeda, doa tidak hanya dengan diam dalam ruang tertutup, tetapi juga dalam tindakan yang memperlihatkan tindakan warga yang mendorong pemimpin supaya hidup dalam kebaikan. Dalam hal ini artinya pemimpin baik itu tidak bisa lahir sendiri. Melalui sikap hidup msayarakat yang mengupayakan kebaikan pemimpin tentu akan tertarik untuk melakukan kebaikan.

Oleh karena itu memang benar, bahwa memimpin itu bukan hanya menjadi pekerjaannya mereka yang didepan. Tetapi menjadi sikap hidup bersama. Adapun doa bukan hanya menjadi alat tuduh agar pemimpin berlaku baik atau menjadi sarana agar pemimpin berbuat baik saja, tetapi sebagai karya yang mengemudikan masyarakat yang mendoakan. TRW

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Minggu ke-38, 18 SEPTEMBER  2016

Minggu, 11 September 2016

Renungan Berita Gereja

GAYUNG BERSAMBUT
Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba,
dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
( Lukas 15: 4 )
Jemaat : Pak Pendeta, mengapa Anda tidak berusaha menarik si A kembali ke gereja?
Pendeta : Saya sudah berusaha semampu saya, termasuk mengajaknya diskusi tentang permasalahan yang ia hadapi. Jika ia bersikukuh untuk pindah gereja atau bahkan pindah keyakinan, apakah saya akan memaksanya untuk tetap bertahan di sini?
Jemaat : Lho…bukankah jika ada domba yang hilang, maka Anda harus mencarinya?
Pendeta : Jika domba yang saya cari malah meronta-ronta ketika hendak saya gendong atau malah mengajak bermain petak umpet supaya tidak ketemu saya, apa yang harus saya lakukan menurut Anda?

Perlu kita perhatikan konteks masalah atau pengajaran yang disampaikan oleh Yesus melalui perumpaan domba yang hilang dan dirham yang hilang. Domba atau dirham yang hilang adalah penggambaran orang yang tersesat atau berdosa. Orang-orang ini senantiasa dicari oleh Tuhan dan akhirnya bergabung kembali dalam keluarga Allah. Dua hal penting yang tidak bisa dipisahkan, yang justru seringkali dilupakan oleh banyak orang, ialah ketulusan/ketekunan dari para “pencari” dalam menjadi alat Tuhan dan kerelaan hati orang-orang yang “tersesat” tersebut untuk “pulang”. Apakah kita akan memaksa orang untuk pulang kepada Tuhan? Apakah kita ketika tersesat akan mengeraskan hati terhadap panggilan Tuhan? [yon]

UNTUK KALANGAN SENDIRI                 Minggu ke-37, 11 SEPTEMBER  2016

SAPA MENTARI

๐ŸŒ„ SAPA MENTARI ๐ŸŒ„
Minggu, 11 September 2016
Pdt Firdaus T K,,M.Si
๐ŸŒž PENGAMPUNAN ๐ŸŒž
Bacaan Leksionari:
Keluaran 32:7-14 
1 Timotius 1:12-17 
Lukas 15:1-10  o
Mazmur 51:1-10

"Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya."
(Keluaran 32:14)

Tuhan aja bisa menyesali rancanganNya kok...
Dengan penuh kesedihan, Dia membatalkan rencana penghukumanNya....
Tuhan yg katanya "tidak berkompromi dengan dosa"....
Tapi Ia mau "berkompromi dengan manusia berdosa"....
Ia memberi pengampunan....
TUHAN menyesal ... ื ื—ื (baca: nâcham)....
"Berbalik pikiran...."

Bahkan demi satu orang saja yg Dia kasihi, Dia rela membatalkan rancangan 'kejahatan/keburukan" yg hendak Ia timpakan pada manusia....

Namun ternyata kita sering "nggak terima" dengan "kebaikan Tuhan" utk orang lain....
Kita merasa hanya diri kita yg pantas menerima pengampunanNya....
Hingga ketika Tuhan juga menerima kembali "saudara kita yg berdosa dan bertobat", seakan kita nggak rela.....
Kita malah "tidak mau membalikkan pikiran" kita terhadap orang lain....
Kita telanjur menetapkan "standard kesalehan" tertentu, dan memandang "orang lain harus seperti kita"....
Dan kalo "tdk seperti kita, maka ia salah... dan tidak layak..."

Woalaaaaah.....
Betapa naifnya kita....
Lupa, andaikan "standard kesalehan Allah" kita terapkan pada diri kita, nggak ada satupun dari kita yg "lolos sensor"...
Lha kok berani2nya membuat standard kesalehan dan dikenakan pada orang lain....

Pengampunan ....
Tatkala Allah "berbalik pikiran" dan menerima keberdosaan yg kita sesali....
Dan itu yg mendatangkan sukacita di hati Tuhan...
Dan mestinya juga di hati kita....
"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
(Lukas 15:7)

Selamat hidup dalam pengampunan Allah....
Selamat Hari Minggu....
Gusti mberkahi.
Sugeng enjang.
๐Ÿ™

Senin, 05 September 2016

SAPA MENTARI SENJA

๐ŸŒ„ SAPA MENTARI SENJA ๐ŸŒ„
Senin, 5 September 2016
Pdt. Firdaus T K

๐ŸŒž TAATILAH PEMIMPINMU ๐ŸŒž
Bacaan Leksionari:
2Tawarikh 12:1-12  
Ibrani  13:7-21

"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu."
(Ibrani 13:17)

Tidak ada pemimpin yg dilahirkan.... pemimpin ada krn dibentuk....
Terlebih pemimpin spiritual....
Spt kata guruku, 
"Le, dadi pendhita kuwi gampang, sing angel kuwi dadi pendhita dadi"
(Nak, menjadi pendeta itu mudah, yg susah itu menjadi "pendeta jadi"...)

Dan, jujur, kadang aku gamang.... mampukah aku menjadi "pendhita dadi" itu....???
15 tahun sudah sejak tahbisan itu.... 
Jalan berbatu maupun berbunga indah telah kutempuh....
Namun terkadang, jalan itu terlampau jauh....
Kadang terasa lelah.... tak jarang gundah....
Namun kusadari, tiada jalan pergumulan tanpa kegelisahan....
Namun satu hal yg mengherankanku, selalu ada sukacita di Jalan Salib ini....
Asalkan aku berusaha menjaga komitmen ini....
Asalkan aku berusaha jujur terhadap diri sendiri...
Dan selalu kukatakan padaNya, "Ini aku, Tuhan.... Engkau tahu merah hitam hidupku.... Utuslah aku... kalau Engkau masih mau...."

Mungkin bacaan ini lebih tepat utk jemaat,
"Taatilah pemimpin2mu, dan tunduklah kepada mereka..."
Ya kalo padha mau....
Kalo udah padha ngerasa pinter dan tahu semua....?
Ngapain nurut org lain...? Sekalipun itu pemimpinnya...
Lagian, coba bayangkan kalo pendetanya nglayanin nggak sepenuh hati atau malah ngambeg.... siapa yg rugi sendiri....
Ealaaaah.... jemaaat..... jemaaaaaat....
Kok "Indonesia bangeeet...."
Sukanya milih2 pemimpin.... giliran dikasih pemimpin nggak diturutin malah dicaci maki....
Kok "Israel bangeeeet...."
Minta raja... giliran dikasih, yaaaah.... kayak gitu deeeh...

Dan .... kadang emang itu yg membuat "tidak gembira"
(Tanya semua pendeta deh.... kalau mau jujur....)

Namun aku sudah sampai pada kesadaran ini,
"Sumber gembiraku adalah Tuhan.... bukan manusia...."
Lagian.... Kalaulah mrk tdk taat dan tunduk pada "otoritas surgawi" ini, itu bukan lagi urusanku....
Urusanku adalah "Menjaga jiwa mereka".... itu yg harus kupertanggungjawabkan... di hadapan Tuhan.... sesuai janji tahbisanku....
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri."
(1 Petrus 5:2)

Sugeng sonten...
Selamat taat pada pemimpinmu...,
Gusti mberkahi.
๐Ÿ™