“Percaya Yang
Menyembuhkan“
2 Raja-raja 5:1-14; Mzm 30; 1Kor.9:24-27; Markus
1:40-45
Pandangan orang terhadap penyakit kusta pada saat sekarang,
sangatlah lain dengan pandangan pada jaman dahulu tepatnya jaman perjanjian
lama. Saat sekarang dianggap penyakit lumrah tidak berbeda dengan penyakit
lain. Jaman dahulu penderitanya harus dikucilkan. Bila berjalan dan bertemu
orang lain si penderita harus berkata “najis….najis”, sambil menutupi
mukanya. Bisa dibayangkan betapa sengsaranya orang yang menderita sakit
kusta. Sudah sangat menderita secara fisik, juga menderita secara psikis bahkan
sangat mungkin psikisnya lebih menderita daripada penderitaan yang diakibatkan
fisik sakit. Dikucilkan dari tengah-tengah
masyarakat, tidak dimanusiakan, harkat kemanusiaannya tidak diakui.
Boleh jadi perasaan merasa “seperti sudah tidak dianggap manusia lagi”. Seorang yang menderita kusta, datang pada Tuhan Yesus, Suara hati yang disampaikannya “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan
aku”. “Kalau Engkau mau ….”
Bukankah itu kalimat dari seseorang yang seperti sudah hilang harapan. Jadi
dapatlah disimpulkan penyakit kusta bukanlah penyakit jasmani semata tetapi
juga suatu penyakit rohani. Syukurlah Al Kitab bersaksi, Tuhan Yesus mau
meyembuhkan karena memang begitu besar belas kasih dan belas kasihan Tuhan
Yesus pada setiap manusia termasuk si penderita kusta. Dan mengapa dia berharap
pada Tuhan Yesus, jawabnya tidak dapat
tidak karena dia percaya pada Tuhan Yesus.
Kisah penderita kusta terdapat juga pada Perjanjian Lama. Bahkan
salah satu ceritanya menimpa bukan rakyat biasa tetapi dialami seorang Panglima
Perang namanya Naaman. Seorang panglima perang pastilah bukan orang biasa.
Kemampuan dan keadaannya di atas rata-rata kebanyakan orang. Tentu saja rasa
malu seorang Panglima yang menderita kusta melebihi yang dirasakan rakyat biasa
termasuk yang menghadap Tuhan Yesus. Seorang Panglima, cerdas sudah pasti, dan
secara ekonomi pastilah lebih dari cukup bila kurang pas dikatakan kaya
raya. Namun sayang kecerdasannya kadang
dipakai dengan tidak menggunakan pertimbangan hati. Segala sesuatu harus logis,
dapat dinalar dan masuk akal. Saat akan berobat ke Nabi Elisa dibawalah harta
yang banyak, sepuluh talenta perak enam ribu syikal emas dan sepuluh potong
pakaian. Walaupun dikatakan persembahan
tetapi pastilah ada muatan pengertian dengan bahasa yang halus di dalamnya sebagai upah.
Nalarnya juga tidak dapat menerima tentang cara pengobatannya. Hanya
dengan menceburkan diri ke dalam sungai Yordan tujuh kali penyakit kustanya
dapat lenyap? Apalagi sungai tersebut
lebih kotor dari sungai Abana dan Parpar di daerah Damsyik. “Tidak, tidak masuk akal, pasti begitu
pikiran sang panglima” Tetapi syukurlah, kesombongan tidak terlalu lama
menguasai dirinya dan akhirnya dia mau menuruti kata-kata yang disampaikan oleh
abdi Nabi Elisa. Setelah dilakukannya pesan tersebut sembuhlah Panglima Naaman.
Namun Naaman janganlah ditertawakan. Karena boleh jadi Naaman adalah gambaran
manusia sekarang. Bukankah pada saat sekarang banyak orang dengan segala cara
berupaya meraih jabatan tinggi dan terhormat menurut ukuran manusia,
juga menumpuk harta yang “tidak habis
dimakan 7 turunan” Lebih ironis lagi
rasa malu juga hilang, tidak perlu mengurung diri, bergaul biasa saja walaupun
cap koruptor melekat didirinya.
Sebaiknyalah manusia sekarang segera sadar dari berbagai kekeliruan, dari sikap
dan perilaku yang TUHAN tidak berkenan. Saat ini TUHAN masih menunjukkan
kesabaran-Nya, masih setia berdiri di depan pintu dan mengetok. Tetapi ingatlah
TUHAN juga adil, hingga terjadi peristiwa banjir besar saat kehidupan Nuh.
Terjadi pula peristiwa Sodom dan Gomora. Ingatlah pula bila kita tidak
kedapatan benar dihadapan TUHAN bisa saja peristiwa Ananias dan Safira menimpa
kita. Sakit fisik bisa menimpa siapa
saja. Tetapi sakit psikis jangan
diabaikan. Naaman menanggung rasa malu, manusia jaman sekarang juga bisa.
Penyakit psikis yang lain juga mengancam. Depresi, stress, “broken home” dan
macam lainnya lagi.
Pergi ke dokter, psikiater, psikolog, bukanlah dilarang bahkan
dianjurkan karena manusia harus berbagi dengan talenta yang diberikan kepada
masing-masing pribadi. Yang dilarang adalah bila manusia mengandalkan yang lain selain TUHAN. Konsultan, obat-obatan hanyalah sarana
kesembuhan. Terlebih untuk penyakit psikis, obat penenang hanyalah obat
sementara. Narkoba bukanlah obat, itu barang jahat. PIL atau WIL bukanlah
penyelesaian masalah, bahkan sumber masalah. Hanya ada Satu Pribadi yang dapat mengobati semua macam penyakit Dia lah TUHAN YESUS KRISTUS. Berserulah seperti Pemazmur “TUHAN,
Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan
aku.” Dia hanya minta satu
syarat, percaya, percaya saja. Seorang penderita kusta telah
membuktikannya, Naaman akhirnya juga membuktikan. Bagaimana dengan kita, maukah
datang kepada-Nya? Dan percaya Dia berkuasa menyembuhkan segala penyakit kita. Oleh
bilur bilur-Nya kita menjadi sembuh. (Pras)