“Hidup Seturut Dengan Kasih
& Iman Dalam Roh Kudus”
Kej.
25:19-34; Maz. 119:105-112; Rom 8:1-11; Mat. 13:1-9,18-23
Kehidupan
di abad 20 ini sering membuat kita sebagai pengikut Kristus di dunia ini sulit
memahami, terkadang membuat kita bingung, atau suatu saat terheran-heran dengan
apa yang kita hadapi. Suatu keadaan yang tadinya kita harapkan dan prediksi
hasilnya A, ternyata Z atau sebaliknya.
Hal-hal demikian yang membuat orang menjadi frustrasi, dan tidak jarang
berakhir dengan keputusasaan.
Secara
manusiawi, Ishak,
sebagai anaknya Abraham ("Bapa orang percaya") agaknya saat itu juga berada dalam
keadaan tidak tenang atau gelisah, karena mengetahui istrinya Ribka itu mandul.
Tetapi karena kasih kepada isterinya, dan juga karena didikan ayahnya tentang
iman kepada Tuhan, maka Ishak tidak kehilangan pegangan, dan dengan tekun ia
berdoa, sehingga permohonannya dikabulkan Tuhan, malahan sekaligus dikaruniai
anak kembar.(Kej 25:25).
Tetapi
setelah diberi karunia 2 anak kembar, ternyata
timbul masalah baru, karena ada perbedaan dalam "mengelola dan menerapkan" kasih antara Ishak dan Ribka
terhadap kedua anaknya. Sangat manusiawi keadaan ini. Namun dari firman Tuhan ini, kita diberi petunjuk, bahwa
sebagai orang tua, sebaiknya tidak ada pilih kasih dalam mengasihi anak-anak
kita, supaya tidak terjadi perselisihan dalam kehidupan mereka, baik di masa
sekarang, di kemudian hari, maupun di masa mendatang (Kej. 25:29)
Iman
kepada kekuasaan Tuhan yang dimiliki Ishak, sungguh dapat menjadi contoh atau
tauladan kita semua, bahwa dengan iman dan kasih, tentunya sebatas kemampuan
sebagai manusia, serta menjalankan semua perintah dan petunjuk Tuhan, dan
menjauhi larangan-laranganNya, akan menjadi pelita dan penerang bagi perjalanan
hidupnya.(Mz 109:105)
Kita
yang hidup di abad internet ini, di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, dan
sering digolongkan "minoritas" di negara tercinta RI yang tidak
jarang harus menempuh jalan yang penuh keremangan, menerima intimidasi atau
malahan ancaman dari pihak-pihak tertentu, atau yang gelap sekalipun
(diserang,dianiaya, tidak boleh beribadah di rumah ibadah yang dibangun
sendiri). Nah, bagaimana supaya kita tidak paranoid,
tidak gelisah, tidak kehilangan pegangan dan tidak kehilangan arah dalam
menapaki hidup kita, siapakah yang menjadi suluh langkah kita? Jawabannya:
Tuhan Yesus Kristus sendiri! Melalui Roh Kudus yang dikaruniakanNya kepada kita
semua, yang mengaku menjadi murid, pengikut, hamba yang percaya kepadaNya tanpa
keraguan sedikitpun akan kuasa dan kebesaranNya. (Rm 8: 10).
Melalui
perumpamaan yang diajarkan oleh penebus
kita, sungguh memberikan petunjuk yang jelas bagaimana seharusnya sikap hidup
kita sehari-hari, terutama dalam menerima Firman Tuhan dan menerapkannya dalam
kehidupan nyata, sehingga bolehlah kita adalah "tanah yang subur"
dihadapan "Sang Penabur" kita, sehingga dengan iman dan percaya kita
dan melalui pertolongan Roh Kudus, bolehlah kita bersyukur atas segala berkat
yang telah kita terima, menjadikan tanaman yang ditaburkan tadi tumbuh subur,
malahan berbuah lebat (Mat 13: 23).
Tidak
kalah pentingnya, selain tumbuh subur dan berbuah lebat, kiranya bolehlah juga
kita menjadi saluran berkat untuk kesejahteraan sesama, serta menjadi alat
untuk kemasyhuran namaNya, dan perluasan kerajaanNya. Tuhan Yesus memberkati. (bsn)
BG
tgl 13 Juli 2014
Minggu
ke-28-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar