Translate
Selasa, 15 Juli 2014
Firman Tuhan, Minggu 13 Juli 2014
“Hidup Seturut Dengan Kasih
& Iman Dalam Roh Kudus”
Kej.
25:19-34; Maz. 119:105-112; Rom 8:1-11; Mat. 13:1-9,18-23
Kehidupan
di abad 20 ini sering membuat kita sebagai pengikut Kristus di dunia ini sulit
memahami, terkadang membuat kita bingung, atau suatu saat terheran-heran dengan
apa yang kita hadapi. Suatu keadaan yang tadinya kita harapkan dan prediksi
hasilnya A, ternyata Z atau sebaliknya.
Hal-hal demikian yang membuat orang menjadi frustrasi, dan tidak jarang
berakhir dengan keputusasaan.
Secara
manusiawi, Ishak,
sebagai anaknya Abraham ("Bapa orang percaya") agaknya saat itu juga berada dalam
keadaan tidak tenang atau gelisah, karena mengetahui istrinya Ribka itu mandul.
Tetapi karena kasih kepada isterinya, dan juga karena didikan ayahnya tentang
iman kepada Tuhan, maka Ishak tidak kehilangan pegangan, dan dengan tekun ia
berdoa, sehingga permohonannya dikabulkan Tuhan, malahan sekaligus dikaruniai
anak kembar.(Kej 25:25).
Tetapi
setelah diberi karunia 2 anak kembar, ternyata
timbul masalah baru, karena ada perbedaan dalam "mengelola dan menerapkan" kasih antara Ishak dan Ribka
terhadap kedua anaknya. Sangat manusiawi keadaan ini. Namun dari firman Tuhan ini, kita diberi petunjuk, bahwa
sebagai orang tua, sebaiknya tidak ada pilih kasih dalam mengasihi anak-anak
kita, supaya tidak terjadi perselisihan dalam kehidupan mereka, baik di masa
sekarang, di kemudian hari, maupun di masa mendatang (Kej. 25:29)
Iman
kepada kekuasaan Tuhan yang dimiliki Ishak, sungguh dapat menjadi contoh atau
tauladan kita semua, bahwa dengan iman dan kasih, tentunya sebatas kemampuan
sebagai manusia, serta menjalankan semua perintah dan petunjuk Tuhan, dan
menjauhi larangan-laranganNya, akan menjadi pelita dan penerang bagi perjalanan
hidupnya.(Mz 109:105)
Kita
yang hidup di abad internet ini, di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, dan
sering digolongkan "minoritas" di negara tercinta RI yang tidak
jarang harus menempuh jalan yang penuh keremangan, menerima intimidasi atau
malahan ancaman dari pihak-pihak tertentu, atau yang gelap sekalipun
(diserang,dianiaya, tidak boleh beribadah di rumah ibadah yang dibangun
sendiri). Nah, bagaimana supaya kita tidak paranoid,
tidak gelisah, tidak kehilangan pegangan dan tidak kehilangan arah dalam
menapaki hidup kita, siapakah yang menjadi suluh langkah kita? Jawabannya:
Tuhan Yesus Kristus sendiri! Melalui Roh Kudus yang dikaruniakanNya kepada kita
semua, yang mengaku menjadi murid, pengikut, hamba yang percaya kepadaNya tanpa
keraguan sedikitpun akan kuasa dan kebesaranNya. (Rm 8: 10).
Melalui
perumpamaan yang diajarkan oleh penebus
kita, sungguh memberikan petunjuk yang jelas bagaimana seharusnya sikap hidup
kita sehari-hari, terutama dalam menerima Firman Tuhan dan menerapkannya dalam
kehidupan nyata, sehingga bolehlah kita adalah "tanah yang subur"
dihadapan "Sang Penabur" kita, sehingga dengan iman dan percaya kita
dan melalui pertolongan Roh Kudus, bolehlah kita bersyukur atas segala berkat
yang telah kita terima, menjadikan tanaman yang ditaburkan tadi tumbuh subur,
malahan berbuah lebat (Mat 13: 23).
Tidak
kalah pentingnya, selain tumbuh subur dan berbuah lebat, kiranya bolehlah juga
kita menjadi saluran berkat untuk kesejahteraan sesama, serta menjadi alat
untuk kemasyhuran namaNya, dan perluasan kerajaanNya. Tuhan Yesus memberkati. (bsn)
BG
tgl 13 Juli 2014
Minggu
ke-28-2014
Firman Tuhan , Minggu 6 Juli 2014
Nyatakan Kasih Allah Dengan Sepenuh Hati
Kejadian 24:34-38,42-49,58-67 ; Mazmur 45 : 10-17; Roma
7:15-25a; Matius 11:16-19.25-30
Sudah menjadi watak dan sifat manusia
pada umumnya, bahwa dalam kehidupannya selalu kurang dan tidak pernah merasa
puas, serta banyak menuntut; Tetapi kurang bersyukur akan anugerah yang
diberikan Allah kepadanya. Namun sebagai orang Kristen, kita telah menyaksikan
dan merasakan Kasih Allah yang begitu besar dianugerahkan kepada manusia. Oleh
karena itu mari kita simak lirik lagu pada Kidung Jemaat 439 : 3 berikut :
Bila
kau memandang harta orang lain, ingat janji Kristus y t lebih permai;
Hitunglah
berkat yang tidak terbeli, milikmu di sorga tiada terperi.
Refrain
:
Berkat
Tuhan, mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasihNya.
Berkat
Tuhan, mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.
Kidung Pujian diatas memberi pembelajaran
kepada kita; bahwa Kasih Allah sangat mengagumkan, tidak terbatas dan tiada
berkesudahan. Sejak kita dilahirkan sampai dengan saat ini, kita kurang bahkan
tidak pernah menghitung kasih Allah. Manakala ada sedikit masalah atau
kesulitan, maka keluhan demi keluhan yang selalu mengiringi perilaku kita, dan
kita cenderung tidak merasa akan kasih
Allah dan kurang bersyukur kepadaNya. Kita beranggapan, bahwa keberhasilan dan
kesuksesan adalah hasil jerih payah sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.
Dari Kejadian 24:35 kita harus mau belajar dari seorang hamba yang mampu memberikan
kesaksian tentang kemurahan Allah kepada Abraham, tuannya : “ Tuhan sangat memberkati tuanku itu,
sehingga ia telah menjadi kaya; Tuhan telah memberikan kepadanya kambing domba
dan lembu sapi, emas, dan perak, budak laki-laki dan perempuan, unta dan
keledai.” Dan secara umum kasih Allah dinyatakan melalui pemeliharaan-Nya
atas seluruh alam semesta dan segala makhluk hidup yang diciptakan-Nya. Dia
mengasihi dunia ciptaan-Nya dan menyediakan kebutuhan ciptaan_Nya.
Secara khusus kasih Allah dinyatakan
melalui anugerah keselamatan yang diberikan-Nya kepada kita, umat pilihan-Nya.
Itulah pernyataan kasih Allah yang besar. Ekspresi yang paling utama dari kasih
Allah dikomunikasikan kepada kita dalam Yohanes 3:16 : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dia telah
menyerahkan Yesus Kristus, Putra-Nya yang
tunggal, yang sangat dikasihi-Nya, menjadi korban tebusan bagi keselamatan
kita. Semua ini membuktikan betapa besar kasih-Nya kepada kita. Allah sangat
menginginkan kita bersama-sama dengan Dia dalam rumah-Nya yang kekal, di Sorga.
Dengan kasih Allah yang begitu besar itu, masihkah kita kurang percaya dan
meragukannya? Bila kita bersungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati memahami dan
manyadari semua ini, tentu kita tidak akan pernah meragukan kasih Allah. Bukan
hanya Bapa yang mengasihi kita dengan kasih yang besar, Yesus Kristus pun
mengasihi kita dengan kasih yang mengagumkan.
Tuhan Yesus berfirman : “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan member kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang
dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu
akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun
ringan.” (Matius 11:28-30). Kasih Yesus digambarkan sebagai bentuk Kasih
Agape, yaitu kasih Allah : “ Kasih itu
sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia
tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia tidak
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” Kasih Allah
seperti yang digambarkan diatas mengajarkan dan memberi arah kepada kita, bahwa
orang Kristen harus dapat mewujud nyatakan Kasih Agape atau Kasih Allah ini
sebagai tujuan hidup yang seutuhnya dan dapat mewarnai dalam setiap langkah
kehidupannya, baik dalam kehidupan rohani / spiritual maupun kehidupan duniawi
/ kedagingan (walaupun selalu dalam proses pemeliharaan Allah).
Tuhan Yesus juga telah menegaskan, bahwa
kita harus menjadi orang yang mengasihi; mengasihi Allah dengan segenap hati
kita, mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, dan mengasihi para musuh
kita. Kasih adalah inti sesuatu hubungan yang harus senatiasa dibangun. Kasih
kepada Allah dapat diwujudnyatakan dengan mentaati perintah-perintah-Nya dan ungkapan
rasa syukur atas anugerah yang dilimpahkanNya, : “Aku mau memasyhurkan namaMu turun-temurun; sebab itu bangsa-bangsa akan
bersyukur kepadaMu untuk seterusnya san selamanya.” Bentuk ketaatan umat
ditunjukkan oleh Hambanya Bapa Abraham yang telah merasakan berkat dan tuntunan
Tuhan Allah : “ Kemudian berlututlah aku
dan sujud menyembah TUHAN, serta memuji TUHAN, Allah tuanku Abraham, yang telah
menuntun aku dijalan yang benar untuk mengambil anak perempuan saudara tuanku
ini bagi anaknya.” (Kejadian 24:48) . Cara lain untuk membuat kasih kita
kepada Allah tetap berkobar adalah dengan berdoa secara teratur. Sama seperti
hubungan antar manusia, yang akan berkembang melalui komunikasi yang terbuka
dan teratur, demikian pula hubungan kita dengan Allah akan tetap hangat dan
hidup apabila kita berdoa kepada-Nya secara teratur. Oleh karena itu, bersyukurlah
kepada TUHAN, sebab Ia baik ! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya
kepada kita. Melalui pengorbanan Kristus kita diselamatkan dan terbebas dari
dosa yang memperbudak kita. Janganlah hidup seperti orang-orang yang tidak
mengenal Allah. Marilah kita hidup seturut dengan kehendak Allah, memuliakan
Dia denga penuh rasa syukur, serta berperan aktif dalam pekerjaan pelayanan.
Tuhan memberkati kita semua. Amin (RHP)
BG tgl 6 Juli 2014
Minggu ke-27-2014
Langganan:
Postingan (Atom)