28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL: Juli 2014

Translate

Selasa, 15 Juli 2014

Pelatihan Musik Gerejawi , 28-29 Juni 2014

















Firman Tuhan, Minggu 13 Juli 2014

“Hidup Seturut Dengan Kasih & Iman Dalam Roh Kudus”
Kej. 25:19-34; Maz. 119:105-112; Rom 8:1-11; Mat. 13:1-9,18-23


Kehidupan di abad 20 ini sering membuat kita sebagai pengikut Kristus di dunia ini sulit memahami, terkadang membuat kita bingung, atau suatu saat terheran-heran dengan apa yang kita hadapi. Suatu keadaan yang tadinya kita harapkan dan prediksi hasilnya A,  ternyata Z atau sebaliknya. Hal-hal demikian yang membuat orang menjadi frustrasi, dan tidak jarang berakhir dengan keputusasaan.
Secara manusiawi, Ishak, sebagai anaknya Abraham ("Bapa orang percaya") agaknya saat itu juga berada dalam keadaan tidak tenang atau gelisah, karena mengetahui istrinya Ribka itu mandul. Tetapi karena kasih kepada isterinya, dan juga karena didikan ayahnya tentang iman kepada Tuhan, maka Ishak tidak kehilangan pegangan, dan dengan tekun ia berdoa, sehingga permohonannya dikabulkan Tuhan, malahan sekaligus dikaruniai anak kembar.(Kej 25:25).
Tetapi setelah diberi karunia 2 anak kembar, ternyata  timbul masalah baru, karena ada perbedaan dalam "mengelola dan menerapkan" kasih antara Ishak dan Ribka terhadap kedua anaknya. Sangat manusiawi keadaan ini. Namun dari  firman Tuhan ini, kita diberi petunjuk, bahwa sebagai orang tua, sebaiknya tidak ada pilih kasih dalam mengasihi anak-anak kita, supaya tidak terjadi perselisihan dalam kehidupan mereka, baik di masa sekarang, di kemudian hari, maupun di masa mendatang (Kej. 25:29)
Iman kepada kekuasaan Tuhan yang dimiliki Ishak, sungguh dapat menjadi contoh atau tauladan kita semua, bahwa dengan iman dan kasih, tentunya sebatas kemampuan sebagai manusia, serta menjalankan semua perintah dan petunjuk Tuhan, dan menjauhi larangan-laranganNya, akan menjadi pelita dan penerang bagi perjalanan hidupnya.(Mz 109:105)
Kita yang hidup di abad internet ini, di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, dan sering digolongkan "minoritas" di negara tercinta RI yang tidak jarang harus menempuh jalan yang penuh keremangan, menerima intimidasi atau malahan ancaman dari pihak-pihak tertentu, atau yang gelap sekalipun (diserang,dianiaya, tidak boleh beribadah di rumah ibadah yang dibangun sendiri). Nah, bagaimana supaya kita tidak paranoid, tidak gelisah, tidak kehilangan pegangan dan tidak kehilangan arah dalam menapaki hidup kita, siapakah yang menjadi suluh langkah kita? Jawabannya: Tuhan Yesus Kristus sendiri! Melalui Roh Kudus yang dikaruniakanNya kepada kita semua, yang mengaku menjadi murid, pengikut, hamba yang percaya kepadaNya tanpa keraguan sedikitpun akan kuasa dan kebesaranNya. (Rm 8: 10).
Melalui perumpamaan  yang diajarkan oleh penebus kita, sungguh memberikan petunjuk yang jelas bagaimana seharusnya sikap hidup kita sehari-hari, terutama dalam menerima Firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, sehingga bolehlah kita adalah "tanah yang subur" dihadapan "Sang Penabur" kita, sehingga dengan iman dan percaya kita dan melalui pertolongan Roh Kudus, bolehlah kita bersyukur atas segala berkat yang telah kita terima, menjadikan tanaman yang ditaburkan tadi tumbuh subur, malahan berbuah lebat (Mat 13: 23).
Tidak kalah pentingnya, selain tumbuh subur dan berbuah lebat, kiranya bolehlah juga kita menjadi saluran berkat untuk kesejahteraan sesama, serta menjadi alat untuk kemasyhuran namaNya, dan perluasan kerajaanNya. Tuhan Yesus memberkati. (bsn)

BG tgl 13 Juli 2014

Minggu ke-28-2014

Firman Tuhan , Minggu 6 Juli 2014

Nyatakan Kasih Allah Dengan Sepenuh Hati
Kejadian 24:34-38,42-49,58-67 ; Mazmur 45 : 10-17; Roma 7:15-25a; Matius 11:16-19.25-30
Sudah menjadi watak dan sifat manusia pada umumnya, bahwa dalam kehidupannya selalu kurang dan tidak pernah merasa puas, serta banyak menuntut; Tetapi kurang bersyukur akan anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Namun sebagai orang Kristen, kita telah menyaksikan dan merasakan Kasih Allah yang begitu besar dianugerahkan kepada manusia. Oleh karena itu mari kita simak lirik lagu pada Kidung Jemaat 439 : 3 berikut :
Bila kau memandang harta orang lain, ingat janji Kristus y t lebih permai;
Hitunglah berkat yang tidak terbeli, milikmu di sorga tiada terperi.
Refrain :
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasihNya.
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.

Kidung Pujian diatas memberi pembelajaran kepada kita; bahwa Kasih Allah sangat mengagumkan, tidak terbatas dan tiada berkesudahan. Sejak kita dilahirkan sampai dengan saat ini, kita kurang bahkan tidak pernah menghitung kasih Allah. Manakala ada sedikit masalah atau kesulitan, maka keluhan demi keluhan yang selalu mengiringi perilaku kita, dan kita  cenderung tidak merasa akan kasih Allah dan kurang bersyukur kepadaNya. Kita beranggapan, bahwa keberhasilan dan kesuksesan adalah hasil jerih payah sendiri tanpa adanya campur tangan Allah. Dari Kejadian 24:35 kita harus mau belajar dari seorang hamba yang mampu memberikan kesaksian tentang kemurahan Allah kepada Abraham, tuannya : “ Tuhan sangat memberkati tuanku itu, sehingga ia telah menjadi kaya; Tuhan telah memberikan kepadanya kambing domba dan lembu sapi, emas, dan perak, budak laki-laki dan perempuan, unta dan keledai.” Dan secara umum kasih Allah dinyatakan melalui pemeliharaan-Nya atas seluruh alam semesta dan segala makhluk hidup yang diciptakan-Nya. Dia mengasihi dunia ciptaan-Nya dan menyediakan kebutuhan ciptaan_Nya.
Secara khusus kasih Allah dinyatakan melalui anugerah keselamatan yang diberikan-Nya kepada kita, umat pilihan-Nya. Itulah pernyataan kasih Allah yang besar. Ekspresi yang paling utama dari kasih Allah dikomunikasikan kepada kita dalam Yohanes 3:16 : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dia telah menyerahkan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, yang sangat dikasihi-Nya, menjadi korban tebusan bagi keselamatan kita. Semua ini membuktikan betapa besar kasih-Nya kepada kita. Allah sangat menginginkan kita bersama-sama dengan Dia dalam rumah-Nya yang kekal, di Sorga. Dengan kasih Allah yang begitu besar itu, masihkah kita kurang percaya dan meragukannya? Bila kita bersungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati memahami dan manyadari semua ini, tentu kita tidak akan pernah meragukan kasih Allah. Bukan hanya Bapa yang mengasihi kita dengan kasih yang besar, Yesus Kristus pun mengasihi kita dengan kasih yang mengagumkan.
Tuhan Yesus berfirman : “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan member kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:28-30). Kasih Yesus digambarkan sebagai bentuk Kasih Agape, yaitu kasih Allah : “ Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia tidak menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” Kasih Allah seperti yang digambarkan diatas mengajarkan dan memberi arah kepada kita, bahwa orang Kristen harus dapat mewujud nyatakan Kasih Agape atau Kasih Allah ini sebagai tujuan hidup yang seutuhnya dan dapat mewarnai dalam setiap langkah kehidupannya, baik dalam kehidupan rohani / spiritual maupun kehidupan duniawi / kedagingan (walaupun selalu dalam proses pemeliharaan Allah).
Tuhan Yesus juga telah menegaskan, bahwa kita harus menjadi orang yang mengasihi; mengasihi Allah dengan segenap hati kita, mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, dan mengasihi para musuh kita. Kasih adalah inti sesuatu hubungan yang harus senatiasa dibangun. Kasih kepada Allah dapat diwujudnyatakan dengan mentaati perintah-perintah-Nya dan ungkapan rasa syukur atas anugerah yang dilimpahkanNya, : “Aku mau memasyhurkan namaMu turun-temurun; sebab itu bangsa-bangsa akan bersyukur kepadaMu untuk seterusnya san selamanya.” Bentuk ketaatan umat ditunjukkan oleh Hambanya Bapa Abraham yang telah merasakan berkat dan tuntunan Tuhan Allah : “ Kemudian berlututlah aku dan sujud menyembah TUHAN, serta memuji TUHAN, Allah tuanku Abraham, yang telah menuntun aku dijalan yang benar untuk mengambil anak perempuan saudara tuanku ini bagi anaknya.” (Kejadian 24:48) . Cara lain untuk membuat kasih kita kepada Allah tetap berkobar adalah dengan berdoa secara teratur. Sama seperti hubungan antar manusia, yang akan berkembang melalui komunikasi yang terbuka dan teratur, demikian pula hubungan kita dengan Allah akan tetap hangat dan hidup apabila kita berdoa kepada-Nya secara teratur. Oleh karena itu, bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik ! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada kita. Melalui pengorbanan Kristus kita diselamatkan dan terbebas dari dosa yang memperbudak kita. Janganlah hidup seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Marilah kita hidup seturut dengan kehendak Allah, memuliakan Dia denga penuh rasa syukur, serta berperan aktif dalam pekerjaan pelayanan. Tuhan memberkati kita semua. Amin (RHP)
BG tgl 6 Juli 2014
Minggu ke-27-2014