28 JANUARI 2017 : " SELAMAT ATAS PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL " GKJ BANSEL

Translate

Selasa, 31 Januari 2017

GKJ BANSEL




FOTO DALAM PERISTIWA 
PENDEWASAAN GKJB PEP.BANSEL MENJADI GKJ BANSEL
SABTU 28 JANUARI 2017



































Minggu, 16 Oktober 2016

Renungan Berita Gereja

Kejadian 33:22-31, Mazmur 121, 2 Timotius 3:14-4:5, Lukas 18:1-8
TIDAK AKAN MENGULUR WAKTU PERTOLONGANNYA
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya
yang siang malam berseru kepada-Nya?
Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"
 (Lukas 18 : 7 )


Tuhan tidak pernah tidur, demikianlah kata-kata yang dihidupi orang Jawa. Artinya tentu bukan sekedar untuk memahami tubuh Tuhan yang tidur. Apalagi ketika pernah menemui kisah Yesus yang kecapaian, lalu tertidur. Istilah ini tentu tidak akan sesuai dengan istilah Tuhan tidak pernah tidur. Oleh karenanya harus dilihat dengan cara yang berbeda. Kondisi ini bisa diartikan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya, malah akan selalu melingkupi kehidupan seluruh manusia. Lalu bagaimana artinya kalau menemui ada sesama yang sakit dan tidak sembuh-sembuh, apa yang menjadi penyembuh dalam keprihatinannya?
Hal inilah yang membutuhkan jawaban agar membuat yakin bahwa Tuhan pasti akan membela umatNya. Yang jelas, jawaban dari Tuhan pasti tidak sama dengan apa yang diminta. Tetapi ketika diperhatikan sungguh-sungguh, sekalipun tidak sama, jawaban Tuhan bisa menjadi lebih besar dari yang diminta.

Pekerjaan yang besar itu adalah: karena dalam jawabNya Tuhan berkenan melibatkan manusia dalam karyaNya. Jadi besarnya karya bukan sekedar karena Tuhan bekerja sendiri, tetapi karena berkenan memakai seluruh hal dalam kehidupan kita. Kurang besar bagaimana, karena Tuhan tidak sekedar mengartikan sempurna hanya seperti karyaNya yang menciptakan segala hal. Hal ini bisa dilihat ketika Tuhan menjadikan hakim yang kejam bisa memutuskan hal yang baik. Hakim yang menjadi gambaran orang jahat, tetapi karyanya tetap dipakai oleh Tuhan. Oleh karenanya supaya manusia dapat mengerti semua ini, manusia tidak boleh berhenti berdoa dalam hidupnya. Karena di dalam doa manusia akan diarahkan melihat kemurahan Tuhan Allah. |*TRW.

UNTUK KALANGAN SENDIRI                      

Minggu ke-42, 16 OKTOBER 2016

Minggu, 09 Oktober 2016

Renungan Berita Gereja





2 Raja-raja 5:1-3,7-15c, Mazmur 111, 2Timotius 2:8-15, Lukas 17:11-19
ORANG YANG MAMPU MEMULIAKAN TUHAN
Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"
 (Lukas 17:17-18)
Sekalipun mukjizat kali ini besar bagi hidupnya, tetapi karena menganggap Yesus adalah orang Israel biasa, akhirnya mereka semua tidak bisa melihat bahwa ada pekerjaan Tuhan yang harus dimuliakan. Mereka melihat bahwa ini pekerjaan Yesus dari Nazaret saja.
Berbeda sekali dengan orang Samaria yang merasa terkejut dan merasa bahwa dirinya tidak pantas, ternyata diberi kesempatan untuk mengalami kesembuhan dari penyakitnya. Hal ini yang membuat orang Samaria ini tidak hanya melihat mukjizat secara fisik saja, tetapi juga oleh karena melihat kemurahan Tuhan melalui perkenanNya memberikan mukjizat pada orang asing. Ini mata yang dibutuhkan oleh siapapun, supaya bisa melihat yang berbeda tidak seperti biasanya. Tuhan yang berkenan menerima kita, manusia yang lebih tidak pantas, tetapi tetap diberi kesempatan untuk menerima mukjizatNya.

Manusia perlu memiliki kemampuan untuk melihat karya yang besar ini. Sering dalam hidup berjemaat, kita lebih senang menjadi orang asing, karena melihat bahwa jemaat disekitar hanya orang-orang yang tidak lebih baik dari diri kita. Tetapi lihatlah kenyataannya bahwa Tuhan tetap berkenan hadir dalam hidup kita. Hal ini mengingatkan, bahwa siapapun boleh menjadi dekat bersama dengan Tuhan, termasuk kita. Oleh karenanya marilah kita menghadap pada Tuhan untuk memuliakan Dia dalam tindakan hidup kita sehari-hari. |*TRW.

UNTUK KALANGAN SENDIRI                      
Minggu ke-41, 09 OKTOBER 2016

Minggu, 25 September 2016

Renungan Berita Gereja

I Timotius 6: 6-19; Mazmur 146; Lukas 16: 1-3

KAYA # CINTA UANG
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman
dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka
(I Tim 6: 10)

Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Demikian pula cinta, juga tidak baik ketika berlebihan. Bicara tentang mencintai berlebihan, mengapa justru menjadikan prosesnya tidak baik? Karena akan mengekang kebebasan seseorang, baik itu yang mencinta maupun yang dicinta. Selain itu, orang justru tunduk pada perasaannya tanpa adanya pengendalian sehingga fokus hidupnya hanyalah untuk cinta. Hal ini tidak hanya berlaku dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Ketika orang terlalu mencintai uang, maka fokus hidupnya tertuju pada uang, bukan pada Tuhan lagi. Bahkan, cinta yang berlebihan terhadap uang juga membuat seseorang dikuasai pekerjaan ataupun juga obsesinya untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Padahal, uang hanyalah alat yang mendukung kehidupan dan bukan tujuan utama dari kehidupan itu sendiri. Dengan kata lain, uang bisa membuat orang bertahan hidup karena memang hidup perlu uang. Namun, bukan berarti tujuan hidup untuk uang. Bukan berarti pula orang Kristen tidak boleh kaya. Kaya itu boleh, namun jangan sampai mencintai uang secara berlebihan. Uang bisa dijadikan alat demi kesejahteraan bersama, misal membantu kaum miskin, terlantar, atau juga program pembangunan jemaat dan masyarakat. [yon]

UNTUK KALANGAN SENDIRI                 Minggu ke-39, 25 SEPTEMBER  2016

Minggu, 18 September 2016

Paduan Suara Bansel

Pada kebaktian Minggu Tanggal 18 September 2016 Paduan Suara Bansel mengisi pujian.



Pembekalan PWG dan Penatalayanan

Setelah Kebaktian Minggu 18 September 2018 diselenggarakan pembekalan PWG dan Penatalayanan Oleh Majelis GKJ Bandung



Sesi I : Oleh Ibu Asriwiyanti D



Sesi II : Oleh Bp H Dwiyuda

Kebaktian Minggu 18 September 2016


Pemberkatan Anak SM


Khotbah : Sdr Nugroho Wisnu Tri Sasongko



PS Bansel


Dibalik layar