JANGAN MENJADI GURU
“Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di
antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan
dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.” { Yakobus 3 : 1 }
Jangan menjadi guru, tentu ini
pendapat yang tidak semestinya. Karena kalau nanti tidak ada yang mengajar, apa
jadinya dunia ini? Karena dengan adanya guru atau pengajar, dunia ini di tata
supaya dapat melakukan tindakan yang luhur, sehingga selalu bisa mengalami
kebaikan. Dalam hal ini apa yang disampaikan oleh Yakobus memang menjadi
kenyataan. Ketika guru sudah tidak bisa memberikan pelajaran yang baik dalam
hidup ini, tentunya hanya akan merusak dunia ini. Jadi guru seharusnya dapat
melakukan apa yang diajarkannya. Sehingga apa yang dihidupinya tidak jauh dari
apa yang dilakukannya dan yang diajarkannya kepada siapapun. Guru yang baik
juga digambarkan oleh Yesaya. Guru yang baik harus mau memerhatikan apa yang
menjadi ajaran dari Tuhan melalui kehidupan sehari-hari dalam hidupnya. Cara
pandangnya harus jelas, sehingga apa yang menjadi pilihan tindakannya karena
mau belajar dari kondisi jaman yang dihadapinya. Larangan Yakobus ini
sebenarnya sesuai dengan isi kitab Yesaya 50. Bahwa untuk menjadi contoh yang
baik, maka manusia harus mau belajar dari kondisi yang sebenarnya. Manusia
harus hidup untuk bertindak melakukan kebaikan,namun bukan sekedar supaya bisa
mengatakan hal yang baik. Tetapi melalui pengajarannya, guru harus bisa
melakukan hidup yang hanya melahirkan kebaikan dari Tuhan. Sehingga jadi guru
sesungguhnya bisa diupayakan, tetapi untuk menjadi guru yang baik harus bisa
sesuai dengan ajarannya. Ini seperti yang dilakukan Tuhan Yesus.
*Sadhar Bulan
September 2015- TRW.
BG Minggu ke-37, 13 September
2015